You’re Just My Cup Of Tea(part 3)

Cerpen, Fiksiana27 Dilihat

“Win, jangan pura – pura tidur. Bangun ada apa?” Pertanyaan serta sentuhan tangan suamiku pada leganku membuyarkan harapanku untuk cepat – cepat masuk ke alam mimpiku.

Dengan malas aku menjawab

“Penat Bang, mau tidur.” Lemah aku menjawab

“Win, ada apa. Sudah 2 hari Win, pasti lelah batinmu jika hanya dipendam sendiri.” Suara suamiku terdengar.

Aku tetap pada posisiku memunggungi suamiku tak maksudku untuk merubah posisi, hatiku masih terasa sakit dengan perkataanya kemaren. Aku berusaha menahan airmataku agar tidak tumpah dan jangan sampai isakku keluar dari mulutku.

Aku terus melafazkan asma Alla semoga diberikan kekuatan, walaupun aku tahu aku sudah berdosa karena tidak berbicara dengan suamiku selama 2 hari ini. Hanya Allah yang tahu hatiku terluka sangat terluka.

Sentuhan dibahu membuatku tidak tahan lagi menahan badai airmata yang sudah mengelantung dipelupuk mataku. Akhirnya suara isak tangisku terdengar juga. Tangan kokoh memelukku dari belakang sambil berkata

“ Ada apa Win? apa yang sakit. Jangan hanya diam, kita selalu berbicara dari hati ke hati jika ada masalah. Kenapa sekarang tidak lagi, bicaralah.” Suara lembut suamiku terdengar berbisik di teligaku.

Aku masih terisak, semua sesak dihatiku seakan berebut untuk keluar, pelukan suamiku semakin kencang. Sekarang giliran tangannya menghapus airmata yang mengucur deras di pipiku.

“Bicaralah Istriku, jika Abang salah maafkanlah Abang.” Sambil berkata itu suamiku mencium keningku.

Sekarang posisi kami sudah saling berhadapan, airmataku masih mengalis dan dengan setia suamiku mengelapnya.

“Bicaralah wahai Istriku, ada apa gerangan?” sudah lama sekali aku tidak mendengar suamiku berkata seperti ini

“Wina tahu, wina tidak menarik lagi. Tapi Wina tidak berharap abang mengatakan Wina bagaikan pembantu.” Ujarku mengeluarkan unek – unek dikepala dan segala yang membatu dihatiku 2 hari ini.

“Astafirullah, Abang hanya bercanda. Bukankan waktu Abang mengatakan itu Wina lagi nonton sineteron yang suaminya berkata kepada istrinya yang suka pakai daster bagaikan pembantu. Itu saja, bukan maksud Abang mengatakan Wina pembantu. Terlalu menyahati yang di tonton sehingga berfikiran macam – macam.” Penjelasan suamiku membuatku malu.

“Apakah Abang tidak suka Wina menggunakan daster jika Abang di rumah?” tanyaku kepada suamiku

“Abang tidak suka Wina menonton sinetron yang tidak mendidik, curiga kepada suami berlebihan. Bukankah kita sudah berjanji untuk saling mengingatkan jika ada kekeliruan yang dibuat oleh pasangannya. Wina sudah lupa?” sekali lagi aku malu dengan apa yang aku lakukan.

“Abang.” Belum selasai bicaraku

“Ada apa wahai pujaan hatiku, permaisuriku.” Suara suamiku bagaikan airlautan yang menyejukkan hatiku

“Maafkan Wina, Bang.” Aku meraih tangan suamiku menciumnya

Helusan lembut tangan suamiku pada kepalaku membuatku bersyukur ternyata aku masih You’re Just My Cup Of Tea buat suamiku, tetaplah menjadi seperti itu suamiku batinku. Pelukan hangat yang aku rasakan sekarang membuatku yakin bahwa semua jika dibicarakan akan membuat semuanya Indah dan terselesaikan dan tidak menimbulkan masalah.***

 

 

 

Tinggalkan Balasan