Baru beberapa jam aku tertidur, setelah sholat malam meminta petunjuk kepada Allah untuk masalah yang aku hadapi. Dengan mata yang masih perih aku berjalan ke kamar mandi untuk mengambil wudhu sebelum menunaikan sholat subuh. Setelah sholat subuh aku merebahkan kembali tubuhku ke kasur, hari ini sabtu aku bisa santai tidak perlu ke kantor. Tanpa terasa aku tertidur kembali, tiba – tiba aku merasakan sentuhan lembut mengusap rambutku, “ Cahaya sakit? Ibu sudah duduk dipinggir tempat tidurku. “ Tidak biasanya setelah sholat subuh Cahaya tertidur.” Suara ibu lembut menanyakan keadaanku, sambil tersenyum dan membangunkan badanku dari tempat tidur sambil bermanja kepada Ibu aku berkata “ Cahaya baik – baik saja bu, hanya sedikit lelah.” Kalau begitu kita sarapan sekarang kata Ibu, aku mengangguk dan mengikuti langkah Ibu keluar dari kamarku menuju meja makan. Aku melihat Ibu sudah menyiapkan nasi lemak mengingatkan ku pada masa – masa kami sulit dulu.
Setelah sarapan bersama, aku mengajak ibu untuk sejenak bersantai dengan berjalan dan berbelanja di Mall. Ibu hanya memandangku dan berkata” Trus siapa yang akan memasak untuk makan siang nanti.
“ Ibu sekali – sekali kita makan diluar, bolehkan? “ ibu senyum dan mengiyakan permintaanku.
***
Pukul 10 aku dan ibu sudah siap – siap untuk menuju ke Mall, tiba – tiba handphoneku berbunyi. Siapa yang hari sabtu ini meneleponku, selain orang kantor tidak ada yang pernah meneleponku kecuali Ibu dan adik – adikku. Adik – adikku tidak mungkin menelepon mereka sekarang sedang naik gunung bersama teman – temannya. Sambil mengambil hanphone dari dalam tas, aku mengira –ngira siapa yang meneloponku pada hari sabtu begini.
Indra, nama yang tertera pada layar handphoneku. Mengeser tombol hijau untuk menjawab panggilan Indra.
“ Assalamualaikum, aku mendengar suara Indra dari seberang sana
“ Walaikusallam,” jawabku.
Aku meminta izin kepada Ibu untuk menjawab telepon dan menjauh dari ibu. Ibu membuka pintu mobil dan duduk sambil menunggu aku menerima telepon.
“ Cahaya bisa menjenguk ibu hari ini “ tanya Indra kepadaku
“ Insyallah, tapi jam besuk sore ya In.”. Kataku menjawab pertanyaan Indra.
“ Pagi ini Cahaya sudah berjanji ingin mengajak ibu jalan dan makan siang di luar.”
“ Baiklah Indra tunggu Cahaya nanti sore di pintu depan rumah sakit.”
Aku mematikan telepon dari Indra dengan mengucapkan salam.
Ibu memandang kearahku sambil berkata,” Ada apa Cahaya?
“ Tidak bu, nanti sore izin ya bu. Cahaya mau melihat Ibu teman Cahaya yang dirawat di rumah sakit kataku sambil masuk kedalam mobil dan menstater mobil. Ibu mengangguk, mobil menuju Mall.
***
Puas aku dan ibu berjalan, jam menunjukkan pukul 12.15 sebelum makan kami menyempatkan diri untuk sholat zuhur di musholla Mall. Ibu memilih menu ayam geprek dengan sambal pedas, sementara aku lebih memilih soto medan dengan nasi putih. Untuk minumnya kami memilih jeruk peras panas. Sambil menunggu pesanan kami datang aku mendengar nada notifikasi masuk di Whatsapp aku mengangkat handphone yang aku letakkan dimeja dan membuka whatsapp, ada whatsapp dari indra. “ Assslamualaikum, Sudah makan siang Cahaya?” aku tersenyum membaca chat dari Indra, menekan tuts kipet handphone menulis kata “ lagi nunggu pesanan makan, Indra sudah makan? Pesan ku kirim. Tak lama masuk lagi chat dari Indra “ selamat menikmati makan siang, Indra belum makan. Aku membalas chat Indra,” Mengapa belum makan siang?, ntar sakit. Kalau Indra sakit siapa yang menjaga Indra, apalagi Ibu juga masih dirawat di rumah sakit.” Aku memberikan emoticon wajah marah. Balasan dari Indra hanya emoticon wajah yang mengirimkan tanda cinta, aku tidak tahu apa maksudnya. Pesanan kami sudah datang, aku membalas chat Indra “ Makanannya sudah datang, nanti kita sambung lagi”.
Dengan membaca doa makan aku dan Ibu melahap makan siang kami, tentu karena perut kosong dan penat mengelilingi Mall, sebentar saja makan di atas piring sudah berpindah ke dalam perut. Ibu menegurku “ Sudah besar tapi makannya masih belepotan tu lihat ada nasi disambing bibir kiri. “ ibu menunjuk nasi yang menempel di samping bibir kiriku, sambil tertawa aku mengelapnya dengan tissue.
“ Ibu sudah capek kita pulang saja.” aku mengiyakan permintaan ibu, jam sudah menunjukkan pukul 14. Aku bisa istirahat sebentar sebelum memenuhi janji untuk mengunjungi Ibu Indra di rumah sakit.
***
Sehabis sholat Asar aku langsung mandi dan siap – siap untuk mengunjungi Ibu Indra. Setelah berpakaian aku menuju kamar Ibu untuk pamitan, aku mengetuk kamar Ibu. Membuka pintu dan melihat kedalam Ibu masih mengenakan mukenanya, aku berjalan menuju tempat tidur ibu dan duduk disana sambil menunggu sampai ibu selesai berdoa.
“ Mau kemana, kok sudah rapi?”
Cahaya izin mau melihat Ibu teman Cahaya yang di rawat inam di rumah sakit bu, sambil memainkan handphone ditanganku. Ibu hanya mengangguk dan meneruskan tanyanya “ Sekalian malam minggu? Ibu mengodaku Jangan pulang terlalu malam Ibu sendirian di rumah. Pukul 22 00 wib harus sudah sampai rumah. “
“ Paling sebelum Magrib Cahaya sudah pulang, malam minggu sama siapa bu”. Aku meraih tangan ibu dan menciumnya lalu melangkah meninggalkan ibu.(bersambung)
***