Maafkan Aku Membuatmu Derita (part 15)

Cerpen, Fiksiana97 Dilihat

Orang bilang hasil tidak akan mengkhianati usaha. Sekarang aku merasakannya. Mendekati Cahaya dengan segenap jiwa dan akhirnya Cahaya akan menjadi milikku. Pagi ini sekali lagi berkat usaha membujuk Cahaya akhirnya dia mau kujemput.

“ Mau kemana, pagi sekali ke Kantornya Indra?,” ibu bertanya kepada Indra.

“ Iya nich Bu ada janji mau mengantar Cahaya ke kantornya.” Menjawab pertanyaan ibu.

“ Kamu itu ya ada – ada saja, ibu juga belum buat sarapan. Kamu sudah mau pergi.”

“ Biar Indra sarapan bersama Cahaya saja bu.” Aku mendekati ibu mencium pipi kiri dan kanannya meraih tangannya mencium dan berpamitan pergi.

“ Assalamualaikum.”

Aku melihat ibu menggeleng – gelengkan kepalanya melihat kelakuanku.

Seperti janjiku kepada Cahaya jam di tangan menunjukkan pukul 06.29 aku sudah samapai di rumah Cahaya. Mematikan mesin mobil, mengambil hanphone dan menelepon Cahaya. Tak lama panggilan teleponku dijawab oleh Cahaya

“Asslamualaikum, katanya mau jemput Cahaya?’”

“ Udah di depan”

“ Masak sih sudah di depan?

“ Lihat saja sendiri”

Pintu depan terbuka, Cahaya mengeluarkan kepalanya melihat kearah mobil yang aku parkirkan di depan rumahnya. Melihat Cahaya aku keluar dari mobil, berdiri sambil melambaikan tanganku ke arahnya.

Seperti tidak percaya, Cahaya berlari ke arahku dengan napas yang menderu sampai ke arahku cahaya berkata

“ Ih, pagi sekali.”

“ Katanya takut terlambat ke kantor”

“ tapi ini terlalu pagi, Indra.”

“ Masuk yuk, sarapan dulu. Ada nasi lemak.”

Aku mengangguk dan mengikuti langkah Cahaya masuk ke dalam rumah. Diambang pintu aku mengucapkan salam.

“ Walaikumsallam” suara Ibu Cahaya menjawab salamku

“ Pagi sekali”

“ Iya nich, Indra kerajinanbu”

Aku hanya tersenyum sambil berkata

“ Cahaya minta jemput pagi bu, takut lambat ke kantor katanya.”

“ Siapa juga yang minta dijemput sepagi gini” Cahaya membesarkan matanya kearahku.

Sambil tersenyum kecut aku berkata

“ takut Cahaya terlanjut pergi bu, jadi jemputnya pagi – pagi.”

“ Ada – ada saja kalian ini”

“ Mari kita sarapan dulu sebelum pergi” ibu Cahaya berkata

Kami menuju ruang makan, di sana sudah ada Azmi dan Azhar adik Cahaya yang sudah ada di meja makan.

“ Assalamualaikum Bang.” Kedua adiknya mengucapkan salam melihat kehadiranku.

“ Dipaksa kak Cahaya ya Bang” kata Azmi melihat kearahku.

Belum juga aku menjawab, satu ketukan di kepala Azmi mendarat dari tangannya Cahaya

“ Memangnya kamu yang sering memaksa orang”

Azmi mengosok kepalanya yang baru saja di ketuk oleh kakaknya

“ Tambah bodoh aku kak”

“ Emang sudah dari sononya” tanpa bersalah Cahaya berkata

“ Cahaya… Azmi… kalian seperti kucing dan anjing setiap bertemu pasti bertengkar. Malu sedikit sama Bang Indra kenapa?” Ibu menyela

“ Azmi tu B u, enak saja berkata Cahaya memaksa Indra. Padahal Indra yang memaksa untuk menjemput.”

Perasaan hangat menjalar di hatiku, ini keluargaku di masa depan. Aku tak tahan lagi untuk bersama mereka. Akan tambah hangat jika Ibuku juga akan tinggal bersama kami, sudah terlalu lama hanya Ibu dan Aku hidup berdua.

“ Dimakan nasi lemaknya nak Indra, Kalau enak Ibu yang masak. Kalau asin Cahaya yang masak.”

“ Mau cepat kawin kalau masin bang” celetuk Azmi lagi.

“ Ibu…”

“ Ada apa ?”

Hangatnya suasana pagi ini, hatiku  berbunga melihat Cahaya merona wajahnya diusik Ibu dan Adiknya.(bersambung)

***

 

Tinggalkan Balasan