Jodohku, Dia (part awal)

Cerpen, Fiksiana41 Dilihat

Jodoh siapa yang tahu, aku atau kamu hanya bisa mengatakan bahwa dia jodohku tapi belum tentu dia jodohmu. Aku memandang cincin yang melingkar di jari manisku, senyum segaris melihatnya aku seakan berkata kepada diriku sendiri, benarkah dia jodohku.

Indra aku sudah mengenalnya sejak dari orok kata orang jawa, semua kebaikan dan kejelekannya aku sudah tahu. Bagaimana tidak selain teman sepermainanku Indra juga sepupuku, selalu saja karena masalah harta kami anak – anak harus dipaksa menikah dengan keluarga agar hartanya tidak jatuh kemana – mana.

Kalau menurut kata hati, aku tidak mau dijodohkan dengan Indra. Indra baik tapi mata keranjang itu yang aku tidak suka, sejak SMA sudah berapa banyak teman cewekku yang sudah dipacarinya. Pendekatannya juga ada dari beberapa mereka akulah sebagai perantaranya.

Flasback

Aku memandang Indra seakan tak percaya

“In carilah cara untuk mengagalkan perjodohan ini.” Ucapku keras kepadanya

“Kenapa? Ada yang kurang dari diriku.” Aku geram mendengar ucapanya

“Tidak ada yang kurang, tapi kita hanya bisa menjadi saudara atau teman tidak lebih.” Geramku kepadanya.

“Kita coba dulu, tidak cocok baru kita cari jalan untuk mengagalkan perjodohan kita.” Ucapnya enteng.

“In jangan semuanya dianggap mudah, Aku tidak suka.” Bentakku

“Kamu sudah punya cowok?” tanyanya kepadaku

“Belum, tapi aku tidak mau dijodohkan denganmu.” Dalihku lagi

“Sebutkan 3 kekuranganku, jika kau bisa menyebutkannya aku akan mencari cara untuk mengagalkan perjodohan kita.” Kata Indra tegas

Aku tergagap, tidak bisa menjawab tantangan Indra. Tapi sungguh aku tidak bisa menerima perjodohan ini. Akhirnya aku hanya tertunduk dan tidak bisa menjawab pertanyaan Indra.

***

Pesta kecil – kecilan, hanya keluarga yang hadir serta beberapa teman kantor Indra. Sementara temanku hanya Sari saja yang hadir aku sengaja tidak mengundang yang lainnya. Malas semua temanku mantan Indra, aku tidak mau mereka memandang rendah kepadaku.

Dengan senyum ceria Indra menyematkan cincin pertunangan kami, mau tidak mau aku terpaksa mencium tangan Indra setelah ia menyematkan cincinnya. Semua gembira, Indra, keluargaku dan keluarga Indra serta yang hadir hanya aku yang merasa terpaksa dengan perjodohan ini, sebal tapi harus aku tahan.

Sudah sebulan berlalu hanya tinggal 6 bulan lagi. sudah menjadi tradisi kami orang melayu tidak pernah bertunang lama – lama. Hatiku galau semuanya tidak kena, ada saja yang membuatku merasa mau naik darah. Orang rumah sudah pada sibuk mempersiapkan semua perlengkapan untuk acara pernikahanku, aku bertambah kesal.

***

Gawaiku berbunyi, nama orang yang membuat hatiku kacau menelepon.

“Asslamualikum, nanti pukul 2 aku jemput.” Suara Indra diseberang sana terdengar

Sebenarnya aku malas untuk mengangkat gawaiku dari Indra, tapi kerana sudah lebih dari sepuluh kali telephon masuknya ku biarkan saja.

“Mau kemana?” bukan menjawab salam aku bertanya dengan kesal

“Fitting baju.” Jawab Indra santai

Aku menepuk dahiku, lupa benar – benar lupa hari ini kami harus fitting baju pengantin. Hatiku mendongkol mendengar jawab santai Indra

“Hmm.” Hanya itu jawaban dariku, lalu aku mematikan sambungannya.

Aku tidak peduli Indra merasa kesal atau tidak karena aku mematikan sambungannya

Dret…dret…dret gawai bergetarku melihat layar nama Indra tertera disana, mau apalagi ni orang, geramku.

Aku mengeser tombol merah merejek telephone Indra, aku membuak aplikasi whatsapp

“Iya, nanti jam 2 kan, bukan sekarang.” Chatku kepada Indra.(bersambung)

***

Tinggalkan Balasan

1 komentar