Cerpen Bersambung (CerBung) ini khusus persembahan penulis untuk mereka para mahasiswa. Namun juga untuk mereka yang masih berjiwa muda. Selamat mengikuti di web kesayangan kita ini.
SATU
“Gadis cantik dengan seragam putih abu-abu, sangat anggun karena memiliki wajah yang teduh dan senyum yang ramah. Aku menyukai matanya yang tajam dan bening jika sedang tersenyum, maka mata itupun ikut tersenyum. Dia adalah Erika Amelia Mawardini.”
Pada sore itu hujan turun mengguyur Bandung pada akhir Februari tahun Tujuh Puluhan, terasa sangat menyejukkan setelah siang tadi terik Matahari menyengat tubuhku ketika aku pulang sekolah. Hujan sore ini walaupun hanya sebentar telah membuat cuaca sejuk dan dingin.
Aku masih betah menyelesaikan soal-soal matematika yang tadi siang diberikan oleh Pak Suhana, guru matematika yang terkenal killer. Pelajaran ini selalu mengingatkanku kepada Erika yang sangat menguasai mata pelajaran matematika.
Ya Erika Amelia Mawardini, gadis cantik yang selalu kurindu dan dambakan cintanya. Mungkin benar kisah cinta remaja yang sering terjadi di SMA hanya sebagai “cinta monyet” namun apapun namanya bagiku adalah kisah terindah.
Setiap hari buku harian adalah teman terdekat, apalagi sebagai seorang pemuda pemalu yang tidak mampu berbagi kepada orang lain. Pada saat sedang jatuh cinta hanya buku harian tempat curahan hatiku. Sangat wajar sehingga hampir setiap hari aku selalu bercengkerama dengan buku harian, Dear Diary.
*****
Senin 29 Februari.
Dear Diary,
Aku sangat bahagia ketika sebuah kecupan lembut mendarat di pipiku “Selamat Ulang Tahun Han,” ucapan indah dari Ibu tercinta yang melahirkanku.
Di Ruang keluarga itu semuanya berkumpul. Di sana ada Ayah, Ibu, adik-adik dan sepupu dari Ibu. Semuanya anggota keluarga yang datang menjabat tanganku. Penuh suka cita mereka mengucap salam. Bahkan Indra, sepupu yang seusia denganku sampai merangkul bahuku erat.
Dia tidak tahu saja, di balik ulasan senyumku menyambut mereka, aku menyimpan kesedihan. Kala Tuhan mengurangi jatah usiaku satu tahun, aku masih belum menggunakannya dengan baik. Yang aku ingat, aku masih saja belum melakukan hal berguna bagi orang-orang tercinta. Terutama kedua orang tuaku, aku bahkan masih saja mengecewakan mereka.
Siang itu ada hal yang istimewa ketika pulang sekolah, Erika menghampiriku. Gadis ini berlari kecil mendekat kepadaku di pelataran parkir sekolah. Aku sangat menikmati wajah cantik Erika yang sumringah.
“Han, selamat ulang tahun ya!” Kata gadis yang aku kagumi itu sambil menyerahkan sebuah kado. Aku menerima kado darinya. Erika tersenyum melihatku gugup menggaruk-garuk kepalaku yang tidak gatal karena berhadapan langsung dengan gadis yang aku sukai.
Hadiah ulang tahun dari Erika adalah sebuah buku harian berwarna hitam. Pada halaman pertama Erika menuliskan ucapan selamat ulang tahun sahabatku semoga selalu bahagia sepanjang hayat. Ah Erika aku sangat mengagumi kepribadianmu.
Gadis yang aku kenal sejak SMP ini selalu saja membuat hati resah penuh dengan kerinduan. Namun kenapa hingga kini masih belum juga berani ‘menembak’ dia. Aku kadang-kadang merasa tidak beruntung menjadi pemuda pemalu seperti ini. Kadang-kadang aku berkata kepada diri sendiri. “Han! Ingat ini sudah kelas XII sebentar lagi jadi mahasiswa,” iya sih harusnya aku sudah mulai berani. Kata-kata itu keluar dari relung dalam hatiku.
@hensa.
Ilustrasi Foto by Pixabay.
32 komentar